Manado, www.inspirasikawanua.com – Didalam pidato HUT PDI Perjuangan ke-50, Ketua Umum partai yang berkuasa ini, Ibu Megawati Soekarno Putri sempat sempatnya menyinggung masih ada gelandangan yang tinggal dibawah jembatan di Ibu Kota Jakarta.
Hal ini menandakan PDI-P tetap sebagai partainya “wong cilik”. Dimana kita ketahui Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi disaat banyak negara didunia mengalami kesulitan ekonomi yang ditandai dengan inflasi yang tinggi dan tidak mengalami pertumbuhan.
PDI Perjuangan sebagai “the ruling party” memainkan peran yang penting arah politik dan ekonomi di Indonesia.
Dalam ilmu politik ekonomi, parlemen memberikan masukan arah kebijakan ekonomi negara kepada Presiden melalui Undang-undang yang dibuat. Baiknya PDI-P yang mempunyai kursi terbanyak di DPR-RI ini bisa memperjuangkan arah kebijakan ekonomi nasional.
Misalnya UU menyangkut investasi, tenaga kerja, dll. Hubungan baik kerjasama dengan sesama anggota diparlemen dan kementerian tercipta.
Juga syarat tata kelola yang baik ( good governance) melalui mekanisme Check and Balances berjalan dengan baik antara Presiden sebagai lembaga eksekutif dan PDI Perjuangan di legislatif.
Indonesia mampu melewati krisis disaat pandemik Covid-19 dan ekonomi yang baik dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi diatas 5% sementara negara lain seperti Amerika dan negara di Eropa dibawah 2,5% dan bahkan resesi.
Ini semua tidak lepas dari PDI Perjuangan yang mendukung Presiden Jokowi. Oleh karena itu Ketua Umum PDI-P Megawati dalam sambutannya diacara 50 tahun PDIP mengatakan bahwa tanpa (dukungan) PDI Perjuangan Presiden Jokowi akan “kerepotan”.
Sementara itu, Presiden Jokowi dalam sambutannya memberikan aplaus kepada partai yang berkuasa ini dengan mengatakan “Bu Mega Tidak Grusa Grusu”. Dibandingkan dengan partai lain yang sudah mengajukan capresnya.

Pengamat ekonomi Sulut, Frederik Worang mengatakan beban politik mempengaruhi kinerja ekonomi dalam negeri dan PDI-P yang matang dalam berpolitik mengutamakan kepentingan nasional menghadapi gejolak ekonomi dunia.
“Saat ini ada 16 negara pasien IMF dan 36 negara lainnya antri meminta bantuan lembaga keuangan dunia itu. Beruntung Indonesia tidak termasuk. 2023 tahun perjuangan, Indonesia optimis,” ujar Worang. (*Maycle)