Manado, Inspirasikawanua.com – Mangrove memiliki arti komunitas atau masyarakat tumbuhan dan sebagai individu spesies tumbuhan.
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis “mangue” dan bahasa Inggris “grove”. Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan.
Istilah untuk hutan mangrove dikenal dengan dengan sebutan tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau. Mangrove merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang berhasil tumbuh dan berkembang pada habitat intertidal yang berada di antara daratan dan laut di daerah tropis dan sub-tropis.
Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon seperti Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Exoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.
Karakteristik habitat mangrove yakni: (1) umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, atau berpasir, (2) daerah yang tergenang air laut secara berkala baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi mangrove, (3) menerima pasokan air tawar yangcukup dari darat, (4) terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat (Bengen, 2004).
Komunitas mangrove dapat hidup di daerah pasang surut dengan salinitas yang relatif tinggi dan kondisi perairan yang berubah-ubah (tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut) dengan reaksi tanah anaerob.
Mangrove mudah beradaptasi dengan membentuk akar yang keluar dari dalam tanah untuk membantu pengambilan udara langsung karena tanah tempat tumbuh yang bersifat anaerob.
Jadi bisa dikatakan bahwa hutan mangrove dicirikan sebagai hutan yang habitatnya tidak terpengaruh iklim, dipengaruhi pasang surut, tanah tergenang air laut, tanah rendah pantai dan tidak mempunyai struktur tajuk.
Tumbuhan mangrove menurut Soetarna (2000), mengandung senyawa bioaktif golongan tanin & saponin & terpenoid & alkaloid dan steroid dengan aktivitas sebagai anti mikroba &anti fungi & antivirus & antitumor & insektisida dan antileukemia serta antifertilitas. Mangrove menjadi tanaman yang sangat potensial karena dari tiap bagiannya seperti akar, batang, kulit batang, daun dan buah memiliki manfaat masing untuk dijadikan obat-obatan herbal.
Tumbuhan mangrove menurut Rosyada, Anhari dan Mufilihati (2018) dimanfaatkan sebagai obat-obatan herbal, yang telah digunakan secara empiris oleh masyarakat kita sebagai tanaman penyembuh berbagai penyakit seperti penyakit demam, keputihan, luka, koreng, bisul, maag, hipertensi dan sebagainya.
Selain itu, alasan masyarakat menggunakan tanaman mangrove karena lebih efisien dan juga mudah didapatkan.
Secara empiris cara penggunaan untuk pengobatan tradisional dengan memanfaatkan mangrove dapat direbus lalu diminum. Selain diminum dapat juga penggunaan luar. Penggunaan luar dibuat dengan cara di tumbuk lalu ditempel, pada bagian tubuh yang sakit.
Penelitian etnofarmakologis oleh Abubakar, dkk., 2019 menjelaskan tentang cara penggunaan jenis dan bagian mangrove untuk pengobatan bervariasi tergantung penyakit yang diderita.
Untuk penyakit mangir (jamur di lidah) pada anak-anak balita dapat digunakan jenis Bruguiera gymnorrzhiza (buah/propagul), Rhizophora apiculata dan R. stylosa (akar muda) dan Sonneratia alba (buah muda).
Pengobatan luka baru saat terkena benda tajam digunakan jenis Rhizphora stylosa dan R. apiculata (akar muda) dan Nypa fruticans (ujung daun muda).
Jenis penyakit gigi sakit dapat digunakan hasil rebusan dari kulit batang dan daun dari jenis Rhzophora apiculata dan R. stylosa. Untuk pengobatan lusiang (nyeri otot, sakit pinggang, sakit tulang, rematik), nafsu makan, malaria, memulihkan stamina digunakan kulit batang Rhizphora apiculata, R. stylosa dan Sonneratia alba. Sedangkan untuk memulihkan stamina ibu melahirkan, sakit perut, liver, digunakan kulit batang Xylocarpus granatum, X. molucensisi dan Heriteria littoralis. Buah dari Xylocarpus sp dapat juga digunakan sebagai bedak untuk mempercantik wajah.
Untuk penyakit gatal-gatal digunakan daun dan kulit batang Brugueira gymnorrhiza, Rhizophora apiculata R. stylosa. Sedangkan untuk penyakit usus buntu dapat digunakan akar Sonneratia alba.
Menurut Djamaluddin (2018), Sulawesi Utara memiliki hutan mangrove dengan luas 7.348.676 hektar. Dimana hutan mangrove mempunyai banyak manfaat untuk kehidupan manusia diantaranya manfaat ekologi, sumber pangan dan obat.
Dari uraian di atas, dapat diketahui potensi mangrove sehingga perlu dieksplorasi sumberdaya hayati laut dalam bidang pengobatan. Terutama pada potensi senyawa bioaktif pada tumbuhan mangrove sebagai sumber fitofarmaka budi daya perairan yang memiliki potensi farmakologi.
Abubakar, S. Dkk., 2019. Manfaat Mangrove Bagi Peruntukkan Sediaan Farmaseetika di Desa Mamuya Kecamatan Galela Timur Kabupaten Halmahera Timur (Tinjauan Etnofarmakologis). E-ISSN: 2527-5186. P-ISSN:2615-5958 Jurnal Enggano Vol. 4, No. 1, April 2019: 12-25
Bengen, D.G. 2004. Menuju Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS), dalam Interaksi daratan dan Lautan : Pengaruhnya terhadap Sumber Daya dan Lingkungan, Prosiding Simposium Interaksi Daratan dan Lautan. Diedit oleh W.B. Setyawan, dkk. Jakarta : Kedeputian Ilmu Pengetahuan Kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Lestari. 2007. Tanaman Obat dan Ramuan Tradisional Untuk Mengatasi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Agromedia pustaka.
Rosyada, A., M. Sofwan Anwari dan Muflihati. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Mangrove Oleh Masyarakat Desa Bakau Besar Laut Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah. Jurnal hutan lestari. Vol. 6 (1)
Soetarno, 2000. Potensi dan Manfaat Tumbuhan Mangrove sebagai Sumber Bahan Bioaktif, Acta Pharmaceutica Indonesia, 12 (4). (*)
Penulis :
Jeane Mongie
NIM: 20053105004
Program Doktoral Ilmu Kelautan FPIK UNSRAT Manado